Rastri Rara

sebuah harapan bagi Indonesia

Memuliakan kaum perempuan dengan cara mempersiapkan mereka menjadi calon ibu yang baik berarti melapangkan jalan pembentukan generasi penerus berkualitas sebagai modal pembangunan bangsa. Dalam rangka peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2018.

Selamat Hari Ibu, untuk seluruh ibu dan calon ibu di Indonesia. Kita semua sepakat bahwa Ibu dan keluarga dianggap sebagai madrasah pertama bagi anak, peran orang tua sangat penting bagi keberlangsungan hidup anak. Nilai-nilai yang diwariskan orang tua kepada anak akan membantu ia untuk membentuk pola perilaku dan pola berfikir dalam menghadapi hal-hal yang akan ia hadapi kedepan. Walaupun tidak bersifat sepenuhnya karena akan bercampur dengan pengaruh lingkungan namun tetap saja peran keluarga sangat penting karena berada pada tahap awal dalam pembentukan pribadi anak. 

Disini ibu berada pada posisi yang vital, dimana selain sebagai seorang istri, ia juga  berperan menjadi guru dan pendamping yang (umumnya) memiliki interaksi langsung dalam porsi yang paling banyak dibandingkan anggota keluarga lain dengan anak. Itu artinya perlu adanya persiapan untuk menjadi seorang ibu,  persiapan sejak menjadi calon ibu justru adalah modal yang harus diupayakan untuk membantu membentuk keturunan yang diharapkan. Aspek yang perlu dipertimbangkan adalah kesiapan psikologis, kesehatan, adat, struktur keluarga, pendidikan, tadisi agama dan catatan aktivitas seksual. Tentunya ini juga berlaku untuk laki-laki.

13 Desember 2018 menjelang peringatan hari ibu, Mahkamah Konstitusi melalui putusannya menghapus diskriminasi usia perkawinan antara laki-laki dan perempuan, usia minimal untuk menikah baik laki-laki maupun perempuan adalah 19 tahun. Peraturan sebelumnya, yaitu UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dinilai diskriminatif karena mengandung pembedaan batas usia minimal untuk menikah bagi laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Putusan MK ini digadang-gadang merupakan hadiah hari ibu pada tahun ini bagi seluruh calon ibu di Indonesia. Perkawinan usia dini sudah sejak lama dipersoalkan, korbannya kebanyakan ialah anak perempuan. UU No. 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak mengakui usia dewasa baru dimulai pada 18 tahun. Survei demografi dan kesehatan di Indonesia tahun 2017 menemukan bahwa 2 ibu dan 8 bayi baru lahir meninggal / jam. Dan sebanyak 55% merupakan ibu yang menikah dibawah usia 20 tahun. Sedangkan berdasarkan riset yang terbit di jurnal internasional pediatrics pada 2011 menyebutkan pernikahan anak meningkatkan risiko gangguan mental hingga 41%, belum lagi  terrampasnya hak tumbuh kembang anak sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. dlsb

Dengan demikian patutkah kita berharap anak-anak yang lahir dari pernikahan dibawah umur merupakan sumber daya berkualitas?. Memuliakan kaum perempuan dengan cara mempersiapkan mereka menjadi calon ibu yang baik berarti melapangkan jalan pembentukan generasi penerus berkualitas, negara berkewajiban memastikan hal itu agar terpenuhi kebutuhan sumber daya manusia berdaya saing tinggi sebagai modal pembangunan bangsa. Bukan sebaliknya, menghasilkan manusia yang hanya menjadi beban sosial.

sumber data : dokumentasi Metro tv dan artikel ilmiah.

Rara Rastri,
22 Desember 2018



Selamat malam semua! kali ini aku ingin membagikan  informasi yang kudapat mengenai fenomena yang terjadi akhir-akhir ini pada masyarakat  kita. Artikel berjudul Kamu Bergaya Maka Kamu Ada, masyarakat pesolek dan ladang persemaian gaya hidup merupakan salah satu bahasan mengenai gaya hidup dalam buku yang berjudul lifestyles : sebuah pengantar komperhensif karya David Chaney. Singkatnya aku dapat artikel ini lewat perkulahan Metodologi Ilmu Budaya yang kebetulan menjadi bahan untuk tugas kuliah. Aku tertarik dengan isu-isu sosial mutakhir dan aku pikir ini merupakan topik yang bagus untuk dibahas dan dianalisis mengingat perubahan drastis di era sekarang pada masyarakat kita.

Apabila kita perhatikan, dewasa ini  terdapat semacam "ledakan" gaya hidup pada masyarakat tanah air. Persoalan gaya hidup adalah segalanya khususnya untuk meningkatkan eksistensi diri. Masyarakat konsumen indonesia masa sekarang tumbuh beriringan dengan globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan (shopping mall),  industri kecantikan , industri gosip, kawasan huni mewah, berdirinya sekolah-sekolah mahal (dengan label "plus") dan tentu saja serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi dan bahkan mungkin ke relung-relung jiwa kita yang paling dalam. Hal ini tentu tidak lepas dari adanya industrialisasi yang mulai marak masuk ke tanah air sejak 1990-an. Dikalangan masyarakat muncul framing terkait batas-batas kelas sosial yang terlihat nyata. Contohnya, adanya majalah mode dan gaya hidup yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menawarkan gaya hidup yang tak mungkin dijangkau oleh kebanyakan masyarakat, majalah semacam ini secara tidak langsung membentuk pola pikir konsumen untuk menanamkan nilai, cita rasa dan gaya tertentu yang dianggap memiliki selera tinggi. Pada waktu yang bersamaan, di sebagian masyarakat muncul gaya hidup alternatif, "gerakan kembali ke alam" sebagai antitesa atau penolakan dari glamour fashion yang sekarang juga sudah tidak malu-malu lagi dipamerkan kaum borjuasi, OKB di Indonesia. Orang indonesia kini kebanyakan sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan dirinya kaya dan sekaligus merasa taat beragama. orang tidak sungkan lagi membangun rumah mewah atau menggunakan perhiasan mahal dalam kehidupan sehari-hari meskipun mereka tau pasti bahwa banyak orang miskin di sekitar mereka  yang menyaksikannya.

Contoh lain bahwa gaya hidup sudah masuk begitu dalam ke berbagai lini kehidupan adalah dibidang agama. bagaimana agama sudah tidak hanya mengenai hubungan manusia dan tuhannya serta manusia dengan manusia lain, tetapi agama telah mengalami komodifikasi (menjadi komoditas dalam konsumsi massa. dalam agama islam misalnya, kini sudah mulai marak iklan dan industri jasa yang menawarkan "wisata religius" , umroh bersama kiai beken, berdirinya sekolah islam yang mahal, menjamurnya konter-konter berlabel exclusive Moslem Fashion. Hal ini jelas memanfaatkan sensibilitas keagamaan untuk keuntungan bisnis. Urusan gaya hidup bukan melulu soal orang berduit, pilihan gaya hidup adalah kebebasan setiap orang dari berbagai kalangan status sosial. Orang kalangan bawah tidak jarang menyomot gaya orang berduit begitupun sebaliknya, entah tujuannya hanya sebagai pencitraan atau memang begitu adanya. Dari sini terlihat bahwa istilah gaya hidup merupakan persoalan yang kompleks.

Jadi itu dia semacam review dari buku karya David Chaney yang sudah aku singgung di awal. Semoga bermanfaat :)

Rara Rastri,

29 Oktober 2018


introvert illustration


Selamat Pagi! Akhirnya setelah sekian lama terbengkalai, akan ada lagi tulisan-tulisan random yang semoga bermanfaat. firstly, sebenernya awalnya aku masih sering bingung buat mengindentifikasi diri sendiri apakah aku masuk introvert, outgoing introvert atau ambivert. ketiganya hampir sama menurutku sampai pada akhirnya aku bisa nyimpulin "wah aku bener-bener introvert sejati ternyata".

Nggaktau kenapa perbincangan mengenai personality selalu menarik buatku, salah satu cara buat memahami orang ya lewat ini. Jadi ketika kita tau seseorang dengan personality tertentu kita bisa lebih mengerti apa yang ia butuhkan, misal ketika orang ekstrovert lagi sedih ia lebih suka menghabiskan waktu dengan berkegiatan yang melibatkan interaksi dengan banyak orang. Atau ketika yang sedih adalah seorang introvert ia lebih nyaman buat menyendiri, membutuhkan ketenangan buat melihat kembali apa yang sudah terjadi dan tindakan selanjutnya yang harus diambil a.k.a merenung (walaupun mungkin ngga semua tapi itu setidaknya yang bisa aku simpulkan dari beberapa artikel yang aku baca). Begitupun aku, yep i'm a true introvert, dan berdasarkan tes Myers-Birggs Type Indicator (MBTI) yaitu sebuah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan (dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers), hasilnya adalah ISFJ. Apa itu ISFJ? Introversion (I) yaitu seseorang yang introvert, cenderung pendiam dan suka menyendiri. Sensing (S) yaitu lebih berkonsentrasi pada informasi daripada teori abstrak. Feeling (F) yaitu menaruh perhatian pada personal daripada informasi obyektif. Judging (J) adalah seorang perencana dan cenderung untuk mengorganisir dengan baik. Diperkirakan populasi ISFJ didunia yakni antara 9-14% dari populasi dunia. Untuk lebih jelas tentang ISFJ ini bisa dicek di https://www.16personalities.com/isfj-personality 

Sebelum ini kupikir aku tergolong ambivert, kok bisa? karena kupikir aku suka bertemu orang-orang baru dari banyak tempat dan latar belakang, berkenalan, bertukar cerita dlsb. tapi pertanyaan muncul ketika obrolan itu menjadi sesuatu yang monoton, berulang, mulai membicarakan yang kupikir ga penting (baca: bergosip) atau mulai bertanya kepada hal yang bersifat privasi misalnya asmara dkk. Aku lebih nyaman berinteraksi dengan satu orang dibanding berada dalam kelompok yang terdiri dari banyak orang. Kecuali rapat, kerja kelompok atau kegiatan kelompok lain yang menurutku bermanfaat dan dirasa aku punya tanggung jawab dan dibutuhkan disana. Menyukai tempat yang tenang, tidak terlalu sepi maupun ramai especially ruang terbuka hijau karena biasanya ide-ide atau inspirasi muncul karena mungkin suasana yang tenang dan otak sedang relaks. Daripada nongki-nongki cantik tanpa ada rencana obrolan yang jelas. Tapi bukan berarti pure aku gamau ketika diajak temen-temen buat sekedar ngobrolin hal-hal ringan, kadang kita perlu untuk keluar dari zona nyaman dan melihat dari sundut pandang yang berbeda supaya bisa membaur, dan sampai sekarang akupun masih berusaha. Biasanya aku bisa tetap nyaman dimanapun tempatnya ketika bersama dengan orang-orang yang kuanggap spesial bisa sahabat, teman dekat, keluarga, orang yang kupercaya pokoknya. Ya aku sependapat dengan perkataan seseorang "bukan masalah tempatnya, tapi bersama siapa". 

Sangat melelahkan ketika berada di tempat yang ramai dan suasana tidak teratur misalnya karnaval atau konser band. Jelas aku lebih memilih buat dirumah wkw tapi beda kasus kalau di tempat dengan banyak orang namun kondusif dan nyaman misalkan seminar, choir concert, pertunjukan wayang dlsb. Banyak orang menilai bahwa orang-orang seperti aku itu kaku, gabisa bercanda, sensitif dan hal-hal menyebalkan lain. That's totally wrong guys, kami hanya sulit mengekspresikan perasaan, jadi terkesan sangat pendiam. padahal dalam hati "woy aku juga pengen kayak kalian, bisa ngomong banyak terutama didepan banyak orang, dan nggak malu berekspresi". Banyak sekali yang sebetulnya ada dipikiran dan pengen disampaikan tapi kami butuh waktu yang tidak sebentar mengolah kata untuk bisa disampaikan misalnya. mau menyampaikan ide dalam suatu forum, mau tanya ke dosen ketika kelas dan bahkan ketika mencoba ingin spontan malah gugup dan apa yang disampaikan malah amburadul dan ngga tepat sasaran. Tapi sisi positif yang bisa kaum introvert ambil adalah kami merasa bisa mengontrol apa yang keluar dari mulut karena emang butuh mikir dulu hanya buat mau ngomong sesuatu. Ngomongin tentang how we as introverts express our feelings, setiap orang punya caranya sendiri, kalau aku biasanya nulis diari atau dengan cara bermain musik atau bernyanyi karena hobiku musik, lewat sosial media, biasanya orang-orang seperti kami sangat dekat dengan sosial media sebagai tempat menyalurkan ekspresi diri. Hal lain adalah kami tidak terlalu suka sesuatu yang bersifat spontan contohnya presentasi tanpa persiapan. Bukan materinya yang tidak menguasai tapi mengolah katanya itu sangat sulit menurutku, tapi walaupun begitu harus tetap berusaha mendorong diri untuk terus berlatih mengingat kita selalu dituntut untuk selalu siap dimanapun kapanpun bukan hanya untuk sekarang tetapi didunia kerja nantinya. 

Yash, itu dia. Tapi aku perlu tegaskan bahwa nggak semua orang introvert sama seperti apa yang aku tulis. Dilihat dari judulnya, ini introvertnya Rara dan bagaimana aku menghadapi kesulitan dari personality ku sendiri. Semoga bermanfaat :)


Rara Rastri
Purwodadi, 19 Agustus 2018
doc : rarasansekerta


Ia mengakar diotak, berhasil mendatangkan efek candu bagi pembacanya. ia ajaib, mampu membawa pikiran ke tempat dan waktu yang dikehendaki. ia nyata dan penuh hikmah. semoga ia sampai kepada generasi nanpanjang selanjutnya. 


And this is it, lets get started!
Hai, saya adalah mahasiswi Jurusan Sejarah semester 4 yang saat ini sedang menempuh studi-S1 di Universitas Diponegoro. Apa yang muncul dipikiran kalian ketika mendengar kata Sejarah? kebanyakan mungkin akan bertanya-tanya, lulus mau jadi apa, kerja dimana, masa lalu yaudah masa lalu dan bla bla bla. Tapi kalian pernah berfikir ga sih, adanya kalian dimasa ini, dilingkungan yang seperti ini, penerapan sistem dan problem yang ada di masa sekarang adalah hasil dari produk masa lalu. sekarang saya hanya ingin sekedar menuntun pikiran kalian kejalan pikiran kami, perspektif mahasiswa sejarah dalam melihat masa lalu, masa kini dan masa depan. kalian tau nggak sih korupsi yang telah mengakar kuat di Indonesia sampai sekarang, itu adalah warisan dari pemerintah kolonial belanda yang telah ada pada masa VOC (Kumpeni Dagang Belanda) dan berhasil menghancurkan serekat tersebut. Tapi kenapa korupsi masih terus berlanjut hingga sekarang? menurut saya, mungkin karena banyak dari kita yang tidak tahu atau enggan ingin tau jikalau pola-pola seperti ini telah terjadi di masa yang lampau. bukti dari runtuhnya serekat dagang belanda adalah contoh konkret bahwa sangat berbahayanya korupsi itu sendiri bagi keberlangsungan hidup bangsa kita. 

Selanjutnya adalah konsepsi orang jawa tentang "banyak anak banyak rezeki", itu adalah konsepsi yang awalnya muncul pada masa tanam paksa (cultuurstelsel) di Jawa, singkatnya pada masa tanam paksa, pemerintah kolonial belanda membutuhkan banyak sekali tenaga kerja untuk melaksanakan sistem tersebut. Mindset mereka (orang Jawa) pada masa tersebut adalah semakin banyak anak maka semakin meningkat kesejahteraan keluarga karena semakin banyak pula yang 'menyangga' hidup suatu keluarga. khususnya apabila yang lahir adalah anak laki-laki, rasa bangga akan berkali lipat lebih banyak daripada yang lahir ternyata anak perempuan. Realitanya adalah sebagian masyarakat Jawa masih menganut konsepsi kuno tersebut hingga sekarang, bahkan setelah adanya emansipasi wanita oleh RA. Kartini. Sungguh ironi, mendapati relitas tersebut yang masih banyak terjadi dilingkungan masyarakat, khususnya Jawa. Keprihatinan juga muncul dalam hati, mengingat semakin maraknya konflik terkait sara. Seharusnya kita dapat menyikapi dampak dari perkembangan teknologi dan informasi dengan bijak, jangan menjadi orang yang mau dipermainkan oleh oknum-oknum penyebar berita hoax berbau profokasi atau apapun khususnya diinternet. Menyimpulkan sesuatu dari satu perspektif saja itu sangat berbahaya, let's open minds!. kita harus melihat sesuatu dari berbagai perspektif hingga bisa menyimpulkan sesuatu. baru atas dasar kesimpulan tersebut selanjutnya kita harus menyikapi sesuatu dengan bijak. saya geram dengan semakin maraknya gerakan yang cenderung 'keluar jalur' akhir-akhir ini, sensitif memang apabila membicarakan hal ini, namun tolonglah, kita hidup di indonesia yang notabennya memiliki beragam ras suku bangsa agama. semua adalah sama, jangan muncul anggapan adanya kelompok suku, ras, agama yang berkuasa. itu adalah akar dari perpecahan. mari kita jalankan nilai-nilai dalam pancasila yang telah susah payah dirumuskan oleh tokoh terdahulu demi berdirinya negara kita ini. mari kita menciptakan keharmonisan sosial, dengan cara saling menghargai dan toleransi. kita sama, kita indonesia. 

Semenjak saya kuliah di jurusan ini kerangka pikir, konsepsi mengenai keharmonisan antar manusia, toleran dan tidak rasis serta selalu melihat sesuatu dari berbagai perspektif itu sangat penting dimiliki. terkhusus apabila kita melihat perjalanan sejarah terjadinya bangsa ini. bahwa pengaruh-pengaruh dari berbagai agama saling bersinkretisasi menmunculkan kekhasan sendiri dalam beribadah suatu agama. contohnya hindu bali dan india sama sekali berbeda coraknya, islam indonesia dan arab juga berbeda tentu. begitupun dengan elemen-elemen lain. seharusnya kita memaknainya sebagai suatu kearifan lokal, kekhasan yang harus dipertahankan. saya jatuh cinta dengan jurusan ini! disini kami dipacu untuk terus berfikir kritis analitik dalam menyikapi sesuatu hal dan dalam menyelesaikan suatu kasus. bagi saya ini adalah tempat saya. dan Tuhan memang tidak pernah menyengajakan kita ditempat yang salah. 

Jadi, mari kita selalu mau belajar dan mengambil hikmah dari peristiwa yang telah terjadi, sebagai pijakan kita dimasa yang akan datang.  Kesalahan kita adalah, kita belum belajar dari sejarah. 

Rara Rastri 
Semarang, 20 April 2018


Hai! ini adalah halaman pertamaku, blog ini akan berisi tulisan-tulisan random yang muncul dari perbincangan-perbincangan dikepala. Mereka akan kuabadikan dalam bentuk tulisan agar dapat diingat sepanjang masa.

Newer Posts Home

From Author

It's all about everything on Rara's mind.

POPULAR POSTS

  • Run
  • Kamu Tahu?
  • Aku

Blog Archive

  • June (1)
  • March (1)
  • January (1)
  • December (5)
  • November (2)
  • October (5)
  • September (3)
  • July (1)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (1)
  • December (2)
  • November (2)
  • September (3)
  • February (1)
  • December (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • August (1)
  • April (2)

Label

  • Personal
  • Kontemplasi
  • Opini
  • Artikel
  • Kutipan
  • Poem
Rastri Rara. Powered by Blogger.

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates | Created By Rara Rastri