![]() |
doc : rarasansekerta |
Ia mengakar diotak, berhasil mendatangkan efek candu bagi pembacanya. ia ajaib, mampu membawa pikiran ke tempat dan waktu yang dikehendaki. ia nyata dan penuh hikmah. semoga ia sampai kepada generasi nanpanjang selanjutnya.
And this is it, lets get started!
Hai, saya adalah mahasiswi Jurusan Sejarah semester 4 yang saat ini sedang menempuh studi-S1 di Universitas Diponegoro. Apa yang muncul dipikiran kalian ketika mendengar kata Sejarah? kebanyakan mungkin akan bertanya-tanya, lulus mau jadi apa, kerja dimana, masa lalu yaudah masa lalu dan bla bla bla. Tapi kalian pernah berfikir ga sih, adanya kalian dimasa ini, dilingkungan yang seperti ini, penerapan sistem dan problem yang ada di masa sekarang adalah hasil dari produk masa lalu. sekarang saya hanya ingin sekedar menuntun pikiran kalian kejalan pikiran kami, perspektif mahasiswa sejarah dalam melihat masa lalu, masa kini dan masa depan. kalian tau nggak sih korupsi yang telah mengakar kuat di Indonesia sampai sekarang, itu adalah warisan dari pemerintah kolonial belanda yang telah ada pada masa VOC (Kumpeni Dagang Belanda) dan berhasil menghancurkan serekat tersebut. Tapi kenapa korupsi masih terus berlanjut hingga sekarang? menurut saya, mungkin karena banyak dari kita yang tidak tahu atau enggan ingin tau jikalau pola-pola seperti ini telah terjadi di masa yang lampau. bukti dari runtuhnya serekat dagang belanda adalah contoh konkret bahwa sangat berbahayanya korupsi itu sendiri bagi keberlangsungan hidup bangsa kita.
Selanjutnya adalah konsepsi orang jawa tentang "banyak anak banyak rezeki", itu adalah konsepsi yang awalnya muncul pada masa tanam paksa (cultuurstelsel) di Jawa, singkatnya pada masa tanam paksa, pemerintah kolonial belanda membutuhkan banyak sekali tenaga kerja untuk melaksanakan sistem tersebut. Mindset mereka (orang Jawa) pada masa tersebut adalah semakin banyak anak maka semakin meningkat kesejahteraan keluarga karena semakin banyak pula yang 'menyangga' hidup suatu keluarga. khususnya apabila yang lahir adalah anak laki-laki, rasa bangga akan berkali lipat lebih banyak daripada yang lahir ternyata anak perempuan. Realitanya adalah sebagian masyarakat Jawa masih menganut konsepsi kuno tersebut hingga sekarang, bahkan setelah adanya emansipasi wanita oleh RA. Kartini. Sungguh ironi, mendapati relitas tersebut yang masih banyak terjadi dilingkungan masyarakat, khususnya Jawa. Keprihatinan juga muncul dalam hati, mengingat semakin maraknya konflik terkait sara. Seharusnya kita dapat menyikapi dampak dari perkembangan teknologi dan informasi dengan bijak, jangan menjadi orang yang mau dipermainkan oleh oknum-oknum penyebar berita hoax berbau profokasi atau apapun khususnya diinternet. Menyimpulkan sesuatu dari satu perspektif saja itu sangat berbahaya, let's open minds!. kita harus melihat sesuatu dari berbagai perspektif hingga bisa menyimpulkan sesuatu. baru atas dasar kesimpulan tersebut selanjutnya kita harus menyikapi sesuatu dengan bijak. saya geram dengan semakin maraknya gerakan yang cenderung 'keluar jalur' akhir-akhir ini, sensitif memang apabila membicarakan hal ini, namun tolonglah, kita hidup di indonesia yang notabennya memiliki beragam ras suku bangsa agama. semua adalah sama, jangan muncul anggapan adanya kelompok suku, ras, agama yang berkuasa. itu adalah akar dari perpecahan. mari kita jalankan nilai-nilai dalam pancasila yang telah susah payah dirumuskan oleh tokoh terdahulu demi berdirinya negara kita ini. mari kita menciptakan keharmonisan sosial, dengan cara saling menghargai dan toleransi. kita sama, kita indonesia.
Semenjak saya kuliah di jurusan ini kerangka pikir, konsepsi mengenai keharmonisan antar manusia, toleran dan tidak rasis serta selalu melihat sesuatu dari berbagai perspektif itu sangat penting dimiliki. terkhusus apabila kita melihat perjalanan sejarah terjadinya bangsa ini. bahwa pengaruh-pengaruh dari berbagai agama saling bersinkretisasi menmunculkan kekhasan sendiri dalam beribadah suatu agama. contohnya hindu bali dan india sama sekali berbeda coraknya, islam indonesia dan arab juga berbeda tentu. begitupun dengan elemen-elemen lain. seharusnya kita memaknainya sebagai suatu kearifan lokal, kekhasan yang harus dipertahankan. saya jatuh cinta dengan jurusan ini! disini kami dipacu untuk terus berfikir kritis analitik dalam menyikapi sesuatu hal dan dalam menyelesaikan suatu kasus. bagi saya ini adalah tempat saya. dan Tuhan memang tidak pernah menyengajakan kita ditempat yang salah.
Jadi, mari kita selalu mau belajar dan mengambil hikmah dari peristiwa yang telah terjadi, sebagai pijakan kita dimasa yang akan datang. Kesalahan kita adalah, kita belum belajar dari sejarah.
Rara Rastri
Semarang, 20 April 2018
2 comments
Terima kasih atas tulisannya, sangat menginspirasi dan bermanfaat. Ditunggu karya-karya selanjutnya.
ReplyDeleteTulisannya menginspirasi👍
ReplyDelete