Saat Gaya Hidup Menjadi Sebuah Tren




Selamat malam semua! kali ini aku ingin membagikan  informasi yang kudapat mengenai fenomena yang terjadi akhir-akhir ini pada masyarakat  kita. Artikel berjudul Kamu Bergaya Maka Kamu Ada, masyarakat pesolek dan ladang persemaian gaya hidup merupakan salah satu bahasan mengenai gaya hidup dalam buku yang berjudul lifestyles : sebuah pengantar komperhensif karya David Chaney. Singkatnya aku dapat artikel ini lewat perkulahan Metodologi Ilmu Budaya yang kebetulan menjadi bahan untuk tugas kuliah. Aku tertarik dengan isu-isu sosial mutakhir dan aku pikir ini merupakan topik yang bagus untuk dibahas dan dianalisis mengingat perubahan drastis di era sekarang pada masyarakat kita.

Apabila kita perhatikan, dewasa ini  terdapat semacam "ledakan" gaya hidup pada masyarakat tanah air. Persoalan gaya hidup adalah segalanya khususnya untuk meningkatkan eksistensi diri. Masyarakat konsumen indonesia masa sekarang tumbuh beriringan dengan globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan (shopping mall),  industri kecantikan , industri gosip, kawasan huni mewah, berdirinya sekolah-sekolah mahal (dengan label "plus") dan tentu saja serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi dan bahkan mungkin ke relung-relung jiwa kita yang paling dalam. Hal ini tentu tidak lepas dari adanya industrialisasi yang mulai marak masuk ke tanah air sejak 1990-an. Dikalangan masyarakat muncul framing terkait batas-batas kelas sosial yang terlihat nyata. Contohnya, adanya majalah mode dan gaya hidup yang terbit dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menawarkan gaya hidup yang tak mungkin dijangkau oleh kebanyakan masyarakat, majalah semacam ini secara tidak langsung membentuk pola pikir konsumen untuk menanamkan nilai, cita rasa dan gaya tertentu yang dianggap memiliki selera tinggi. Pada waktu yang bersamaan, di sebagian masyarakat muncul gaya hidup alternatif, "gerakan kembali ke alam" sebagai antitesa atau penolakan dari glamour fashion yang sekarang juga sudah tidak malu-malu lagi dipamerkan kaum borjuasi, OKB di Indonesia. Orang indonesia kini kebanyakan sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan dirinya kaya dan sekaligus merasa taat beragama. orang tidak sungkan lagi membangun rumah mewah atau menggunakan perhiasan mahal dalam kehidupan sehari-hari meskipun mereka tau pasti bahwa banyak orang miskin di sekitar mereka  yang menyaksikannya.

Contoh lain bahwa gaya hidup sudah masuk begitu dalam ke berbagai lini kehidupan adalah dibidang agama. bagaimana agama sudah tidak hanya mengenai hubungan manusia dan tuhannya serta manusia dengan manusia lain, tetapi agama telah mengalami komodifikasi (menjadi komoditas dalam konsumsi massa. dalam agama islam misalnya, kini sudah mulai marak iklan dan industri jasa yang menawarkan "wisata religius" , umroh bersama kiai beken, berdirinya sekolah islam yang mahal, menjamurnya konter-konter berlabel exclusive Moslem Fashion. Hal ini jelas memanfaatkan sensibilitas keagamaan untuk keuntungan bisnis. Urusan gaya hidup bukan melulu soal orang berduit, pilihan gaya hidup adalah kebebasan setiap orang dari berbagai kalangan status sosial. Orang kalangan bawah tidak jarang menyomot gaya orang berduit begitupun sebaliknya, entah tujuannya hanya sebagai pencitraan atau memang begitu adanya. Dari sini terlihat bahwa istilah gaya hidup merupakan persoalan yang kompleks.

Jadi itu dia semacam review dari buku karya David Chaney yang sudah aku singgung di awal. Semoga bermanfaat :)

Rara Rastri,

29 Oktober 2018


0 comments